sumber foto: http://anggakomnoltujuh.files.wordpress.com
Seorang pemuda yang baru saja gagal melamar kerja, tampak duduk lemas di pinggir jalan. Dia begitu terpukul, apalagi ini kegagalannya yang kesekian kali. Kebingungan pemuda itu kian bertambah rumit saat mengingat orangtuanya di kampung halaman yang berharap banyak bisa dibantu soal materi. Maklumlah, dia satu-satunya anak bungsu lelaki yang diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian keluarga.
Tidak lama berselang, saat larut dalam keputusasaannya, seorang pak tua menghampiri pemuda itu. Dia menyapa ramah, seolah ingin tahu mengapa pemuda itu tampak begitu terpukul.
“Anak muda, ada cerita yang bisa kau bagi padaku. Kenapa kau tampak tidak bersemangat?” tanya pak tua sambil mengelus punggung pemuda itu.
“Aku bingung pak. Sejak di-PHK, sudah kesekian kali aku gagal melamar kerja. Padahal aku butuh pekerjaan dan menghasilkan uang, untuk membantu orangtua di kampung,” jawab si pemuda kurang bersemangat.
“Nak, aku bingung bagaimana harus membantumu. Tapi aku ingin sedikit berbagi nasihat kehidupan. Kau tahu bagaimana rasanya bila segenggam garam dilarutkan dalam segelas air, tentu rasanya sangat asin dan jelas tidak enak. Tapi coba, kau larutkan segenggam garam itu ke dalam payau kecil yang luasnya hanya tiga kali lipat dari ember untuk mencuci pakaian, tentu rasa asinnya sangat sedikit. Bahkan bisa jadi tidak terasa sedikitpun,” papar pak tua seolah ingin memberi pesan bijak dalam ceritanya.
“Aku bingung apa maksud bapak,” jawab pemuda itu sambil menegakkan wajahnya.
“Kau akan merasa sakit dan terpukul menjalani pahitnya kenyataan hidup ini, bila kau mengecilkan jiwamu, layaknya seukuran gelas kecil yang dituangi garam tadi. Tapi coba, bila kau membesarkan jiwamu, layaknya sebesar payau air tadi, atau bahkan lebih besar lagi, maka pahitnya kehidupan lebih bisa kau terima. Dengan begitu, semoga kau bisa lebih tabah dan sabar menjalani semua kesulitannya. Anak muda, besarkanlah jiwamu. Tumbuhkan kebijaksanaan dalam hati dan pikiranmu, niscaya hidup yang lebih bermakna akan kau terima,” tutur pak tua itu bernada menasihati.
Pemuda tadi merenung sejenak sambil menghela napas panjang, lalu berkata, ”Terima kasih banyak pak tua. Mulai detik ini aku akan selalu mengingat nasihatmu. Aku akan lebih bijaksana, sabar, dan tekun berusaha sambil meminta pada Yang Maha Kuasa.”
Perbincangan mereka pun berakhir. Pak tua itu melanjutkan perjalanannya, demikian si pemuda, lebih tenang menerima kegagalannya dan siap melangkah, mencoba dan mencoba.
***
Anda boleh saja gagal, bangkit kembali menumbuhkan harapan, lalu meraih sukses besar. Satu hal yang bisa dipetik dari cerita di atas adalah, bahwa kebijaksanaan merupakan tumpuan dasar dalam menumbuhkan sikap sabar dan pantang menyerah dalam menjalani hidup.**(Redaksi Kreatif RN)
1 komentar:
Mantap. Ayo Semangat. Terima kasih untuk kisahnya....
Posting Komentar