Sumber foto: http://assets.lifehack.org/
“Saya pernah miskin, dan saya pernah hidup berkelimpahan. Ternyata menjadi orang kaya jauh lebih baik,” kata Frank Sinatra, penyanyi dan aktor kondang masa lalu. Ada dua alasan untuk membenarkan perkataan tersebut. Pertama, Tuhan sekalipun menginginkan agar hambanya bisa memperoleh kehidupan lebih baik. Salah satunya, dengan menjadi kaya. Kekayaan jelas membuat kita lebih mudah menjalani hidup. Karena dia memberi banyak pilihan terbaik untuk kita.
Kedua, dengan kekayaan kita bisa melakukan banyak hal baik. Salah satunya, berbagi secara tulus kepada mereka yang hidupnya kesusahan. Itu berarti, kekayaan sebenarnya sangat membantu kita dalam mencari “harta surgawi” yang kelak akan dihitung di pengadilan akhirat. Yang salah adalah, bila kekayaan diraih dengan cara-cara salah dan digunakan untuk hal-hal yang salah pula. Uang atau kekayaan hanyalah alat, jadi sebaiknya kita menggunakan alat itu dengan benar dan untuk tujuan yang benar.
Ukuran untuk menyebut seseorang yang kaya memang sangat relatif. Boleh jadi, orang yang memiliki rumah cukup mewah dengan mobil dan sejumlah motor di garasinya, sudah bisa disebut kaya. Tapi kalau kita berkaca pada prinsip orang-orang kaya sejati, pengertian kaya jauh lebih luas. Bagi mereka, kaya adalah seberapa lama kita bisa bertahan menikmati gaya hidup yang dianut tanpa harus bekerja secara fisik. Lalu siapa yang bekerja? Ya, uanglah yang bekerja keras untuk kita. Uang bekerja atas perintah dan perhitungan cermat yang kita buat.
Secara sederhana ada beberapa tahap yang mesti dilalui untuk bisa menjadi benar-benar kaya. Mula-mula, kita harus bekerja keras mengumpulkan uang. Sekaligus belajar mencari pengetahuan untuk apa uang itu selanjutnya digunakan. Kemudian, uang kita gunakan untuk meraih aset dan kekayaan produktif. Artinya, uang bukan dipakai untuk kegiatan konsumtif. Melainkan, untuk membiayai kegiatan produktif yang akan menghasilkan lebih banyak uang. Misalnya, dengan membuka usaha atau bisnis di bidang-bidang strategis. Di tahap itu, jelas kita tidak semata-mata bekerja keras, tapi juga bekerja lebih cerdas. Ketika kita sudah memiliki aset dan nilai kekayaan yang lumayan besar, selanjutnya mengupayakan agar tahap passive income bisa diraih.
Posisi passive income berarti kondisi di mana kita benar-benar menuai hasil kerja keras uang-uang kita. Bila seseorang sudah mencapai tahap itu, barulah ia benar-benar bisa dikatakan kaya. Jadi, kaya bukan soal seberapa banyak uang yang kita miliki. Tapi, seberapa keras uang itu bekerja untuk memenuhi gaya hidup kita.
Ibarat pepatah lama, “Kota Roma Tidak Dibangun dalam Semalam”. Begitu pun dalam meraih kekayaan. Kita tidak bisa mencapainya hanya dalam waktu sebentar. Meraih kekayaan butuh kerja maraton yang tidak kenal lelah dan semangat pantang mundur. Kita bisa belajar banyak dari orang-orang kaya kelas dunia. Seperti tokoh-toko sekaliber Warren Buffet, Robert T. Kiyosaki, Akio Morita, atau Bill Gates. Kekayaan yang mereka raih tentu tidak lepas dari cara berpikir, bekerja, cara memandang uang, dan prinsip-prinsip pengelolaan uang yang mereka miliki. Dengan menyelami cara berpikir dan bekerja mereka, kita bisa menemukan segudang inspirasi, pelajaran, bahkan nasihat soal bagaimana meraih kekayaan.
Yakinlah, upaya meraih kekayaan sangat ditentukan oleh mental yang kita miliki. Nah, bermental miskin atau kaya, semata-mata dibentuk oleh cara berpikir dan bekerja kita. Itu artinya, kalau ingin kaya tentu kita juga harus berpikir dan bekerja selayaknya orang-orang kaya. (**Redaksi Kreatif RN)
1 komentar:
Tapi kaya itu juga persepso lho. :D
Posting Komentar